![]() |
Pendidikan Anak Usia Dini |
Tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan sangat menentukan perkembangan seorang anak. Pendidikan yang wajar,
pemikiran anak akan berjalan sebagaimana mestinya. Pendidikan yang tidak wajar
- cenderung dipaksakan - mengantarkan anak ke dalam kegalauan panjang bahkan
sampai usia dewasa. Karena apa? Pendidikan yang dipaksakan demikian ini pula
yang membuat anak salah pilih jurusan saat kuliah misalnya, yang berakibat
kesalahan fatal pada masa depannya. Masih syukur jika perkuliahan benar
dijalani, namun jika pendidikan terbengkalai siapa yang mesti disalahkan.
Tidak hanya itu, urusan pekerjaan
menghadang dengan sendirinya setelah pendidikan sarjana usai. Apabila salah
"jurusan" maka bisa tamat riwayat anak karena bingung mau ke mana dan
apa yang harus dilakukan. Belum lagi kondisi saat ini yang mana ruang pekerjaan
semakin sempit, di tolak oleh perusahaan atau tidak lulus pegawai negeri
menjadi ketakutan tersendiri bagi mereka yang tidak memiliki kreatifitas
tinggi.
Dari mana memulai pendidikan yang baik itu?
Semua orang paham betul bahwa
pendidikan terbaik terjadi sejak dini. Pada masa ini pula anak-anak menunjukkan
keinginan mereka. Anak yang berbakat main bola akan senang sekali menendang
bola bahkan akan menangis sejadinya jika orang tua tidak membeli bola. Anak
yang hobi memasak akan menunggu sampai ibunya menghidangkan makanan di atas
meja. Anak yang memiliki jiwa seni berlebih akan cukup senang menari atau
bernyanyi.
Dalam keluarga, pendidikan yang baik
telah terbina namun berubah drastis begitu masuk ke dunia pendidikan yang
sebenarnya. Pendidikan umum yang berpatokan pada kurikulum dari pemerintah
malah membuat keinginan anak simpang siur. Anak harus belajar banyak pelajaran
walaupun mereka tidak meminatinya. Anak harus ikut keinginan kurikulum – guru
hanya mengajar sesuai kurikulum – walaupun diubah tiap kali. Anak harus
mencapai nilai batas minimun jika ingin lulus mata pelajaran dimaksud. Jika
tidak lulus, bagaimana tindakannya? Tidak naik kelas atau hukuman lainnya
seperti mengulang ujian (remedial).
Padahal anak yang pintar menulis puisi belum tentu bisa menurunkan persamaan
rumit matematika.
Maka, kurikulum yang baik itu harus
memiliki aspek ini...
Mengarah pada bakat
dan minat
Lihat terlebih dahulu bakat dan
minat seorang anak. Sejak diantarkan orang tua mereka ke sekolah, anak telah
menunjukkan bakat dan minat terhadap suatu hal. Dari permasalahan ini pula
seorang guru yang berpatokan pada kurikulum mengarahkan anak ke bakat dan minat
tersebut. Penting sekali mengarahkan anak pada bakat dan minat mereka karena
kemajuan mereka terletak pada pemahaman di kemudian hari. Anak yang di paksa
belajar suatu mata pelajaran namun tidak disukainya, otomatis menjadi pelengkap
saat bersekolah. Contoh kecil saja, dunia hiburan Korea Selatan benar-benar
menyeleksi bakat-bakat seni sejak kecil lalu dididik sampai debut. Hasilnya,
dalam waktu cepat sekali pertumbuhan dunia hiburan negeri ginseng diakui dunia.
Bakat-bakat lain terlihat dari dunia teknologi, tak mudah Samsung atau LG
berdiri kokoh sebagai raksasa teknologi yang disegani secara global jika sejak
dini pendidikan mengenai ini dijalankan dengan maksimal.
Tidak mengekang
Pendidikan yang mengekang adalah
pendidikan di mana guru sebagai tokoh utama. Guru sangat perkasa dan tak bisa
dibantah. Apa yang dikatakan guru adalah benar. Keputusan guru tidak boleh di sanggah.
Kondisi yang seperti ini membuat anak tidak berani mengeluarkan unek-unek
mereka. Anak-anak tidak santai dalam belajar karena apa-apa yang mereka
kerjakan takut salah. Ketakutan demikian membuat anak susah berkembang karena
tidak berani mencoba. Padahal, proses coba-coba inilah yang membawa
keberhasilan. Tak ada teori relativitas Albert
Einstein tanpa proses coba-coba berkepanjangan. Tak ada pula bola lampu
berpijar tanpa kegagalan dari Thomas Alva
Edison.
Membiarkan hobi berkembang
Hobi bisa menjadi pekerjaan? Ini
sudah menjadi rahasia umum saat ini. David Beckham memulai sepakbola karena
sebuah hobi, akhirnya menjadi pe-sepakbola disegani di dunia bahkan termasuk
orang terkaya di dunia. Hobi menulis bahkan bisa menjadi selebriti seperti
Raditya Dika atau Asma Nadia.
Pendidikan yang "layak"
saat ini adalah pendidikan yang membiarkan hobi anak berkembang. Hobi dimulai
dari bakat dan minat sejatinya pasti akan menghasilkan sesuatu. Anak yang
dididik melalui peminatan sejak dini tidak akan keluar dari bakat maupun minat.
Anak hobi tentang sesuatu maka akan dilakukan dengan segenap jiwa.
Kunci sukses adalah disiplin. Hal
ini tidak hanya berkaitan dengan deadline lomba menulis,
misalnya. Jika ingin menjadi penulis sukses seperti JK Rowling tentu saja mengatur rutinitas menulis dengan bijak.
Anak yang telah dilatih kedisiplinan
sejak dini akan mudah mempraktekkan di kemudian hari. Disiplin tidak perlu -
cuma - diajarkan secara lisan. Disiplin itu berkaitan dengan tingkah laku. Orang mendengungkan disiplin belum tentu
melaksanakannya. Orang yang tidak berbicara disiplin bisa saja telah
melaksanakan kedisiplinan dalam kesehariannya.
Kurikulum yang berlaku saat ini,
baik-baik saja jika mengandalkan nilai berupa angka. Namun, kurikulum ini tidak
akan baik jika menginginkan hasil akhir berupa sikap, kematangan pola pikir dan
pendewasaan hidup.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sumber : Viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar