ألْحَمْدُلِلّهِ الّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ
رَمَضَانَ غُرَّةَ وَجْهِ الْعَامِ. وَشَرَّفَ أَوْقَاتَهُ عَلَى سَائِرِ
الأَوْقَاتِ, وَفَضَّلَ أَيَّامَهُ عَلَى سَائِرِ الأَيَّامِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ مَنْ قَالَ رَبِّيَ اللهُ
ثُمَّ اسْتَقَامَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصِامَ. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا
بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
وَتَرْكِ الأَثَامِ.
Sebentar lagi tamu
kita yang mulia bulan Romadhon akan segera tiba menyapa kita. Tamu terhormat yang datang dengan
membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita.
Kenapa dikatakan demikian?
Tak lain karena di
dalam bulan Romadhon terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar,
yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan,
do'a-do'a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka
ditutup. Romadhon, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti
kedatangannya, rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan
lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu
darinya (yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT).
Oleh karena itu, kita
perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan
yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal
untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, apa yang
menjadi Tujuan Akhir dari puasa romadhon ini, yakni derajat
"Ketaqwaan" dapat kita raih. Untuk itulah, Rosulullah SAW tak lupa
berpesan kepada umatnya ketika bulan Romadhon datang - sebagaimana hadits yang
diriwayatkan an-Nasa'i dari Abu Hurairah.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ...... (سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256 : (2079)
Dari sahabat Abu
Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rosulullah telah bersabda:
"Sungguh telah
datang pada kalian bulan Romadhon, bulan yang penuh berkah, yang mana pada
bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu,
pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta
syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih
baik dari seribu bulan. (HR. An-Nasa'i)
Selain itu, Rosulullah
mengajarkan kepada kita sebuah do'a yang dipanjatkan menjelang datangnya Romadhon,
yakni : Allahuma bariklana fii Rajaba wa
Sya'bana, wa ballighna Romadlon (ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan
Sya'ban, dan sampaikan kami pada Romadhon) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Oleh karena itu,
marilah kita sambut kedatangan bulan Romadhon dengan penuh suka cita
"Marhaban Ya Romadhon (selamat datang bulan Romadhon), kami sambut
kedatanganmu dengan penuh suka cita."
Prof. Dr. Quraish
Shihab, ulama Tafsir dari Indonesia lulusan Universitas al-Azhar Mesir
menjelaskan bahwa kata "marhaban"
terambil dari akar kata "rahb"
(رَحْبٌ) yang berarti (وَاسِعٌ, رَحِيْبٌ) "luas atau lapang",
sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima
dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya tempat yang
luas untuk melakukan apa saja yang dia inginkan.
Dalam bahasa Arab
bulan di sebut dengan "syahr"
(الشَّـهْرُ) yang bermakna "terkenal" atau populer. Orang Arab
biasanya menamai bulan sesuai dengan keadaan di mana bulan itu berlangsung.
Karena pada masa turunnya perintah puasa adalah musim panas yang terik, maka
bulan itu dinamai "Romadhon"
yang akar katanya dari "Romidha"
(رَمِضَ) yang berarti "sangat panas, membakar" disebabkan panas
matahari yang luar biasa menyinari pasir-pasir gurun. Ada juga pengertian lain
yaitu "batu (karang) yang membakar."
Pengertian di atas
sesuai dengan makna filosofis bulan Romadhon, yaitu membakar dosa-dosa yang
pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang
membatalkannya. Juga dapat dianalogikan, untuk membuat sesuatu lebih terbakar
adalah dengan menghimpitnya di antara dua batu (karang) lembut, lalu
memukul-mukul sifat (buruk)-nya sendiri di antara dua batu (karang), yakni
lapar dan haus. Rosulullah SAW, bersabda, "dinamakan bulan Romadhon karena
ia cenderung membakar dosa-dosa."
Berikut ini adalah
beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama sholeh terdahulu dalam
menyambut bulan suci Romadhon yang pantas diteladani:
Pertama, kita harus
menyambut Romadhon dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi Katsir
meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah
sampaikanlah aku dengan selamat ke Romadhon, selamatkan Romadhon untukku dan
selamatkan aku hingga selesai Romadhon". Sampai kepada Romadhon adalah
kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa
mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira.Tidak mengherankan jika
kemudian Nabi SAW dan para sahabat menyambut Romadhon dengan senyum dan tahmid,
dan melepas kepergian Romadhon dengan tangis.
Kedua, dengan
pengetahuan yang dalam. Puasa Romadhon merupakan salah satu rukun Islam yang
wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan
aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi
prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya.
Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fiqih puasa
merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, minimal tentang hal-hal
yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan
pengetahuan yang utuh tentang bulan Romadhon akan menghindarkan diri dari
kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Romadhon disebabkan oleh
ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan Romadhon akan mendorong
tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian ini, persiapan-persiapan yang bisa
dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar dan membaca. Orang akan mampu
mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti
apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang ia kerjakan.
Ketiga, dengan doa.
Bulan Romadhon selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga
merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat,
tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul
qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya
untuk selalu berdo'a agar optimis melalui bulan Romadhon.
Empat, dengan tekad
dan planning yang matang untuk mengisi Romadhon. Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning
atau perencanaan. Orang-orang sholeh terdahulu selalu merencanakan pengisian
bulan Romadhon dengan cermat dan optimis. Berapa kali dia akan mengkhatamkan
membaca al-Quran, berapa kali sholat malam, berapa akan bersedekah dan membari
makan orang berpuasa, berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku
agama. Itulah planning yang benar mengisi Romadhon, bukan hanya sekedar mem-planing atau merencanakan menu makan dan
pakaian kita untuk Romadhon, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang
untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Romadhon.
Kelima, Persiapan Ruh
dan Jasad Rosulullah SAW dan orang-orang sholih tidak pernah menyia-nyiakan
keutamaan Romadhon sedikitpun. Rosulullah dan para sahabat memperbanyak puasa
dan bersedekah pada bulan Sya'ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan
menyambut datangnya Romadhon. Anas bin Malik r.a. berkata, "ketika kaum
muslimin memasuki bulan Sya'ban, mereka sibuk membaca al-Quran dan mengeluarkan
zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa."
Dengan mengondisikan
diri pada bulan Sya'ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah,
kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi
seperti ini, maka ketika memasuki bulan Romadhon, kondisi ruh dan iman telah
membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Romadhon yang mulia
ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi
lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh
orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya.
Rosulullah SAW
senantiasa melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban, bahkan dalam beberapa riwayat
disebutkan beliau kadang melakukannya sebulan penuh. Dalam sebuah hadits
disebutkan:
أَخْرَجَ النَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ
وَصَحَّحَهُ اِبْن خُزَيْمَةَ عَنْ أُسَامَة بْن زَيْدٍ قَالَ " قُلْت يَا
رَسُول اللَّه لَمْ أَرَك تَصُومُ مِنْ شَهْر مِنْ الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ
شَعْبَان ، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَان ، وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَال إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ " (فتح الباري لابن حجر
(باب صوم شعبان), الجزأ السادس, ص : 238)
Usamah bin Zaid pernah
bertanya kepada Rosulullah SAW. Katanya: "Ya Rosulullah, saya tidak
melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan
Sya'ban ini? Beliau SAW menjawab: "Itulah bulan yang dilupakan orang,
antara Rajab dan Romadhon, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah SWT
Robbul 'Aalamiin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan
berpuasa." (HR An-Nasa-i).
Keenam, Persiapan
Materi. Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong bulan Romadhon adalah
persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan
untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang
terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang
ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Romadhon merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara).
Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapa pun kecilnya.
Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain
yang berpuasa, sekalipun sekedar se-biji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rosulullah
SAW pada bulan Romadhon sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa
sentuhan kebaikan dan santunan Rosulullah SAW kepada masyarakat sampai merata,
lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Dengan demikian, datangnya
bulan Romadhon ini, sudah sepatutnya bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas iman
dan ketakwaan kita serta mengisi bulan Romadhon dengan segenap hal yang
berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Dan semoga kiranya
kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri
secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Romadhon.
Amiin.. yaa Robbal 'aalamiin...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar